Rabu, 14 September 2011

Penentuan 1 Syawal

Baru-baru ini umat Islam di Indonesia harus berlebaran secara berbeda lagi. Kali ini ada ada 2 kelompok besar : Yang pro pemerintah dan Muhammadiyah. Yang pro pemerintah, dalam hal ini hampir seluruh ormas Islam, berlebaran 31 Agustus 2011 sedangkan Muhammadiyah berlebaran 1 hari mendahului pemerintah. Keputusan pemerintah diambil setelah mendengar berbagai laporan hasil team rukyat yang diselenggarakan di setiap titik seluruh wilayah Indonesia dan mendengar pendapat para peserta sidang isbat yang diikuti seluruh ormas Islam termasuk Muhammadiyah. Sedangkan, Muhammadiyah jauh-jauh hari memang telah mendeklarasikan akan berlebaran 30 Agustus 2011. Alasan pemerintah antara lain karena 2 hal : pertama pada tanggal 30 Agustus ketinggian hilal memang belum mencapai 2 derajat ( batas minimal imkanur rukyah yang menjadi kesepakatan bersama ) dan kedua, semua rukyat yang dilakukan team rukyat menyatakan tidak bisa melihat hilal serta hampir semua peserta, illa Muhammadiyah, setuju jika 1 Syawal ditetapkan pada tanggal 31 Agustus. Alasan Muhammadiyah adalah bahwa pada 30 Agustus 2011 sekalipun bulan masih belum mencapai 2 darajat, tetapi pada hakikatnya bulan baru sudah ada yang berarti bulan baru harus sudah dimulai sejak saat itu.
Sekalipun secara umum perbedaan ini tidak menimbulkan gejolak, akan tetapi memang patut disayangkan. Mengapa? setidaknya ada alasan mengapa kita perlu menyayangkan terjadinya perbedaan mulai lebaran ini yaitu :
Pertama, Indonesia adalah penduduk Muslim terbesar di dunia. Keberadaannya akan menjadi pusat perhatian ummat-ummat Islam lain di belahan dunia. Perbedaan pendapat yang terjadi antar sesama Islam membuat contoh pemandangan kurang bagus bagi ummat Islam di negara lain.
Kedua, Indonesia adalah bukan negara Islam. Terdapat setidaknya 5 agama lain di luar Islam. Perbedaan yang sering terjadi di internal Ummat Islam tidak saja membuat ummat Islam kurang kompak tetapi lebih dari itu, setuju atau tidak, jelas menunjukkan bahwa ummat Islam sejatinya tidak konsekuen dengan ajaran persatuan yang diamanatkan oleh kitab sucinya. Al Qur'an mengjarkan wa'tashimu bihablillahi jami'an wala tafarroqu dan As Sunnah mengajarkan Masalul mukmin kaljasadil wahid....
Ketiga, dari sisi politik perbedaan itu jelas menunjukkan ketidak konsistenan ummat terhadap lembaga-lembaga keagamaan seperti MUI dan Badan HIsab Rukyat Departemen Agama. Lembaga-lembaga ini dibentuk antara lain sebagai wadah bersama yang diharapkan dapat mengakomodasi kepentingan ummat islam sekaligus sebagai wadah 'penyatuan' pendapat. Secara politis wadah-wadah tersebut sebenarnya sangat strategis. Dalam wadah itu ummat Islam dapat berpikir dan bersikap secara kompak dalam menghadapi tantangan bersama untuk melakukan dakwah di negara yang rakyatnya hiterogen ini dalam arti luas.
Lembaga MUI yang diserahi memegang otoritas keagamaan juga sering tidak berkutik. SEkalipun yang duduk di dalamnya juga berbagai wakil-wakil ormas Islam, tetapi otoritasnya fatwanya sering dipandang sebelah mata oleh ummat islam.
Ada sementara pihak mengatakan, bahwa masalah praktik keagaamaan, seperti penetapan 1 syawal adalah wilayah keyakinan yang pelaksanaannya dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, negara harus menjamin dan melindungi para pelakunya.
Akan tetapi, pertanyaan kita, apakah memang hal ini didasarkan alasan keyakinan atau karena alasan yang lain, semisal politik?
Sebagaimana kita ketahui MUhammadiyah adalah sebuah ormas Islam besar. Kiprahnya dalam negara baik dibidang politik dan sosial tidak diragukan lagi. Dalam bidang politik banyak para pemimpin yang lahir dari MUhammadiyah. Dalam bidang sosial, siapa yang tidak mengenal andil MUmammadiyah di dunia pendidikan dan kesehatan. banyak sekolah maupun perguruan tinggi bergensi yang didirikan MUhammadiyah. Banyak rumah sakit kelas eksekutif yang 'disumbangkan' Muammadiyah. Akan tetapi tampaknya negara kurang menghargai MUhammadiyah. Pada era pemerintah ini, sepertinya banyak tokoh Muhammadiyah 'tersingkir' dari kekuasaan. Menteri pendidikan, dipegang oleh NU Menteri Agama juga dari NU. malah menteri terakhir ini tercatat dalam sejarah MUhammadiyah hanya memiliki tidak lebih dari 4 orang dalam sejarah RI, antara lain : Rasyidi, Mukti Ali, dan Malik Fajar. selebihnya adalah NU. Dalam praktik kenegaraan juga lebih diwarnai 'amalan' non Muhammadiyah. Dari sini tampaknya cukup beralasan jika dalam beberapa praktik keagamaan MUhammadiyah cenderung terkesan mengambil sikap asal beda dengan pemerintah yang memang dapat dipersonifikasikan sebagai pemerintah tidak pro Muhammadiyah. Alasan yang dipakai klasik yaitu : wilayah keyakinan yang tidak boleh dicampuri oleh siapapun. Perintah untuk taat terhadap Ulul Amri sebagaimana diperintahkan al Qur'an, menurut MUhammadiyah sangat tidak relevan dalam konteks memulai lebaran. Demikian juga adanya kaidah hukum : Qadho-ul Hakim ilzamun wayarfaul khilaf juga tidak boleh diberlakukan dalam konteks mengakhiri puasa. SEkali lagi karena hal itu wilayah keyakinan. Negara tidak boleh memaksakan kehendak tetapi harus menjamin kebebasan.
Tetapi apakah masalah perbedaan lebaran ini akan berlangsung terus?
Jawabnya pasti : ya. Tentunya, selama teori yang digunakan berbeda. Sebab, teori yang dijadikan penentuan awal bulan sangat antagonis. Pemerintah menganut teori rukyatul hilal sedangkan MUhammadiyah memakai teori wujudul hilal. Penyatuan harus dimulai dari penyatuan teori yang digunakan. Pada tataran ini, adanya diskusi ilmiyah secara intens dengan menghadirkan pakar dari berbagai disiplin ilmu terkait harus terus dilakukan. TUjuannya untuk menguji kebenaran teori yang selama ini diyakini. Kedua, pemerintah juga harus tetap mencermati dibalik sikap 'oposisi keagamaan' yang muncul. Tentunya tidak hanya memulai lebaran, tetapi juga dalam masalah lainnya.
Kita sangat memimpikan persatuan dan kesatuan ummat Islam dalam berbagai amal keagamaan khususnya dalam berlebaran. Mengapa ? labaran telah menjadi simbol publik. Ketidak kompakan merayakannya juga menjadi sorotan publik tidak oleh masyarakat non islam Indonesia tetapi juga dunia. Umat Islam dapat menunjukkan kerapuhan dan kekuatan salah satunya melalui cara berlebaran ini. Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar