Anak
merupakan anugerah Allah SWT yang paling berharga. Mengapa? Kehadirannya adalah bagai sebuah
misteri. Banyak orang tua yang mengharapkannya tapi tak kunjung diberi.
Karenanya mereka berupaya secara sadar bagaimana cara mendapatkannya. Tidak
jarang, ketika berbagai usaha gagal, mereka menempuhnya upaya terakhir,
yaitu dengan mengambil anak orang lain untuk diasuhnya. Atau, bahkan
dijadikannya, secara resmi, sebagai anak angkat dengan meminta penetapan
Pengadilan Agama. Pada saat yang sama, ada yang sangat mudah memperolehnya.
Baginya, yang menjadi problem bukan
bagaimana cara mendapatkan anak tetapi, malah bagaimana mencegah timbulnya
kelahiran. Berbagai upaya dilakukan. Pendek kata, bukan untuk mendapatkan
tetapi justru untuk ‘menolaknya’.
Motif
seseorang untuk mendapatkannya memang beragam. Ada yang sekedar untuk garansi hari
tuanya, ada yang karena agar mendapatkan keturunan demi meneruskan
cita-cita orang tuanya, atau motif-motif lainnya. Tetapi, argumen apapun
mengenai alasan mendadapatkannya, yang jelas, anak bukan sekedar anugerah
tetapi, lebih dari itu, juga amanah Allah SWT.
Dalam al-Qur’an dikatakan, bahwa anak merupakan
perhiasan hidup, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…”
(QS. al-Kahfi : 46). Al Qur’an juga menyebut bahwa anak juga merupakan
‘fitnah’ sekaligus lahan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah SWT
kelak di akhirat. Agar anak menjadi investasi pahala, maka setiap orang tua
harus mendidiknya secara baik dan benar. Untuk itu al-Qur’an mengingatkan :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
(QS. an-Nisaa’ : 9). Allah juga mengingatkan : “Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”.( At-Tahrim : 6 ).
Rasulullah SAW juga
telah memberikan petunjuk : “Kewajiban orang tua atas anaknya adalah
memberikan nama yang baik, mendidiknya, dan mengajarinya berenang, dan
memanah”. Rasulullah juga mengingatkan agar kita memperhatikan
keberadaan anak-anak kita, sebab mereka dicptakan untuk suatu masa yang
berbeda dengan masa kita.
Karena alasan itulah
kita sepakat bahwa anak sejatinya merupakan investasi yang luar biasa
besar. Untuk keperluan itu kita berupaya melakukan apa saja demi investasi
tersebut. Salah satu upaya kita tersebut adalah menjadikan agar anak-anak
kita menjadi manusia cerdas dengan memberikan pendidikan yang cukup.
Pertanyakan kita, sudah tepatkah upaya kita mencerdaskan anak-anak kita ?.
Seorang pakar dari Harvard University, Dr. Howard Gardner, 1983 menyampaikan tesisnya, agar kita
tidak hanya menuntun anak mencapai tujuannya dengan kecerdasan yang hanya
berbasis IQ saja. Menurutnya, ada kecerdasan-kecerdasan lain yang perlu
kita perhatikan, yaitu :
1. Cerdas Berbahasa,
Adalah kemampuan anak
dalam mengutarakan maksud atau berkomunikasi tertentu secara tapat dan
runtut. Pada anak-anak, ini diawali dengan kemampuan verbal. Semakin
meningkat usia anak kemampuan komunikasi dalam bentuk tulisan akan
meningkat. Orang tua mesti telaten membimbing agar cerdas dalam berbahasa.
Anak dengan
kecerdasan lebih dalam berbahasa akan nampak pada kesukaannya dengan
mengarang, membaca, berdiskusi hingga berpidato di depan umum.
2. Cerdas Berlogika dan Berhitung,
Adalah kemampuan anak
dalam menalar sesuatu. Pada anak-anak ini misalnya dimulai dengan
mengurutkan atau mengklasifikasikan sesuatu. Kemudian anak mulai mengenal
banyak, sedikit dan mengenal jumlah. Termasuk dalam masalah logika juga, si
anak mulai mengenal baik dan buruk dengan lebih tajam yang menjadi salah satu modal kecerdasan
relijius. Hubungan sebab-akibat juga menjadi bagian kecerdasan ini.
Anak dengan
kecerdasan lebih dalam berhitung akan nampak pada kesukaannya dalam
permainan strategi (misalnya catur), mainan puzzle logika (misalnya Rubik’s
Cube) serta memiliki ketepatan dan kecepatan dalam menyelesaikan soal-soal
matematika.
3. Cerdas Berimajinasi Ruang (Spasial),
Adalah kemampuan anak
untuk menggambarkan ruang tiga dimensi dalam benaknya. Keterampilan anak
bermain lego (mainan 3 dimensi) atau kesukaan anak dengan acara-acara
bermanfaat di televisi menjadi awal pengembangan kecerdasan ini.
Kesenangan menggambar
atau bentuk visualisasi pada media komputer menjadi salah satu ciri
kecerdasan spasial.
4. Cerdas Bernada dan Berirama (Musik),
Adalah kemampuan anak
untuk mengenal harmoni nada dan ketukan (ritme) lagu. Anak dengan potensi
musikal ini nampak sangat senang dengan lagu atau musik dan dengan cepat
dapat mengikuti lagu-lagu yang baru.
Jika kecerdasan ini terus
dilatih daya olah vokal anak akan meningkat dan bila diperkenalkan dengan
alat musik, maka kemampuan motoriknya akan cepat menyesuaikan diri dan
mengekspresikan kecerdasan dalam produk musik.
5. Cerdas Bergerak (Mengatur Tubuh),
Adalah kemampuan anak
untuk menggerakan tubuhnya dengan serasi. Anak-anak dengan kecerdasan ini
nampak pada kegemarannya dengan olah raga, misalnya bela diri, berenang,
bulutangkis atau sepak bola. Permainan-permainan di taman kanak-kanak
banyak diciptakan untuk membuat badan terlatih dengan gerakan-gerakan yang sulit.
Untuk mengembangkan
potensi kecerdasan mengatur tubuh hendaknya anak kita cukup diberi
kesempatan berada di ruang luas dan diberi berbagai alat olah raga yang
mendukung. Kemampuan drama juga membutuhkan kecerdasan kelenturan tubuh,
sebab gerakan, ucapan dan emosi jiwa mesti diatur secara harmonis.
6. Cerdas Berinteraksi Sosial (Interpersonal),
Kecerdasan ini nampak
pada anak pada saat berinteraksi dengan kawan-kawannya. Bagi orang beriman,
kemampuan bersosial sangat erat dengan kecerdasan relijius, sebab agama
mengajarkan untuk berbuat baik dan saling menolong dengan sesama manusia.
Sifat mudah diterima dan bahkan disenangi teman-teman menjadi salah satu
parameter awal untuk mengukur kecerdasan ini.
Sesungguhnya anak
akan melihat bagaimana orang tua mereka bersikap terhadap masyarakatnya.
Anak yang penyantun dan dermawan akan sangat mungkin muncul dari keluarga
yang penyantun dan dermawan. Anak yang ramah dan mudah bergaul akan sangat
mungkin lahir di keluarga yang juga ramah dan mudah bergaul di masyarakatnya.
Untuk membangun
kecerdasan sosial anak sudah dibiasakan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial
sejak kecil. Mereka juga mesti sering diajak berdiskusi dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
7. Cerdas Berkontemplasi dan Membaca Diri (Intrapersonal),
Adalah kecerdasan
seorang anak dalam memahami kondisi jiwanya. Kecerdasan jenis ini mungkin
termasuk yang sulit diukur pada anak. Akan tetapi kecerdasan membaca diri
membuat seorang anak lebih tenang dalam menghadapi masalah. Rasa self
confidence-nya terbangun dengan baik.
Perhatikanlah ketika
anak kita sedang menghadapi masalah. Seorang anak umumnya akan meledak
emosinya. Apakah dengan menangis atau dengan marah-marah. Kondisi seperti
sebetulnya kondisi di mana anak confuse dengan gejolak emosinya. Sebagai
orang tua kita harus membimbing anak pada saat-saat seperti itu. Caranya,
dengan menenangkan gejolak emosinya, memintanya mengutarakan permasalahan
yang tengah dihadapi dan kemudian membantunya memecahkan masalah itu lewat
dialog.
Ketujuh kecerdasan
tersebut oleh Gardner
disebut sebagai : The multiple intelligence.
Aneka kecerdasan
tersebut kiranya dapat kita jadikan ukuran seberapa jauh, usaha kita
memberikan pendidikan anak-anak kita. Tidak hanya bagi kita para orang tua,
tetapi juga bagi pihak sekolah sebagai pengambil alih peran orang tua saat
anak-anak kita berada di lingkungan sekolah. Sudahkah hal tersebut diupayakan?
Semoga bermanfaat, amin.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar