Inilah seorang yang bernama Moh. Syarkowi
Beliau adalah ayah kandungku. Anak sulung dari 10 orang bersaudara ini lahir tahun 1925 dari pasangan dari Yogya Resokaryo dan Riyeb. Tahun kelahirannya memang sama dengan kelahiran mantan Presiden Soeharto. Tetapi, nasib berbeda, sekalipun beliau juga pernah mendapat piagam dari Menteri Kesehatan Suwardjono Soerjaningrat. Meninggal tahun 1987 dalam usia yang ke-62, saat saya sedang menempuh Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Kepergiannya menghadap sang Khaliq baru aku mengerti setelah menjelang hari ke-40. Waktu itu komunikasi dengan kondisi rumah memang sangat sulit. Telephon tidak ada apalagi Handphone (HP). Beliaulah yang gigih dengan obsesinya agar saya bisa kuliah di Yogya, walaupun keadaan ekonomi sangat amburadul waktu itu. "Awakmu kudu sekolah sampek tutug, masio keadaan saiki koyo ngene", kalimat yang diucapkan kepada saya dengan sirius. Suatu ketika saat saya hampir putus asa untuk berhenti kuliah karena lama tidak mendapat kiriman, beliau menasihatiku lewat surat " Awakmu kudu sabar, wong iku yen arep mulyo cobaane pancen gedhe. Anggepen kekurangan ekonomi iku minongko ujian kanggo gembleng mentalmu. Emas iku ora dadi emas yen durung digembleng sarono disepuh. Poro nabi rasul dadi nabi lan rasul ugo digembleng nganggo ujian kang macem-macem. Ujianmu saiki durung ono apa-apane dibanding poro nabi lan rasul mau" Itulah pesan beliau yang sampai sekarang selalu saya ingat dan menguatkan saya studi sampai selesai.....hingga menjadi Hakim seperti sekerang. Allahummaghfirlahu war hamhu wa'afihi wa'fu 'anhu. waj'alil jannata matswaa hu. amin.......
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar