Senin, 29 November 2010

SIFAT HASUD

Ma'asyiral muslimin

Mengawali khutbah siang hari ini perkenankan khatib mengajak kita semua untuk meningkatkan takwa kepada Allah SWT, yaitu menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Seruan ini senantiasa diserukan oleh setiap khatib pada setiap jum’at tidak lain karena pentingnya takqwa ini. Takwa menjadi sesuatu yang sangat penting kerana takwa merupakan inti keberagamaan seseorang. Maka tidak heran jika Allah menegaskan bahwa hanya dengan ukuran takwa itulah tinggi rendahnya derajat seseorang di mata Allah diukur. Karena pentingnya takwa itu pulalah mengapa seruan takwa ini menjadi seruan wajib mingguan yanag harus diucapkan oleh setiap khatib dalam khutbahnya.

Mudah-mudahan seruan takwa setiap jumat ini bukan merupakan formalitas belaka. Tetapi menjadi seruan yang benar dihayati oleh setiap kita yang hadir shalat jum’at. Dalam rangka menuju tkwa itu pulalah khutbah tentang sifat hasud berikut disampaikan.

Ma’asyiral muslimin

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluq sempurna, Akan tetapi dibalik kesempurnaan tersebut manusia tetaplah makhluq yang memiliki kekurangan. Sebabnya adalah karena di samping manusia bisa mempunyai sifat-sifat yang baik bisa pula memiliki sifat-sifat tercela. Sifat tercela ini terkadang begitu menguasai manusia sehingga terwujud dalam perilaku yang jahat yang merugikan, bahkan mencelakaan orang lain. Dalam ajaran Islam, khususnya yang telah dicontohkan oleh para sufi, mengetahui sifat-sifat tercela bagi masing manusia ini amat penting. Bahkan, menurut tuntutan mereka membicarakan sifat-sifat tercela ini lebih penting untuk didahulukan. Sebab, hanya dengan mengetahui sifat-sifat tercela, sekaligus bahaya sifat tercela itulah, seseoranag dapat berusaha membersihan diri dari sifat-sifat tercela tersebut. Usaha menghindar dari sifat tercela tersebut dalam tradisi sufi disebut takhliyah. Yaitu, usaha membersihkan diri dan jiwa. Berikut jiwa yang telah bersih tersebut diisi dengan latihan membiasakan diri sifat-sifat terpuji.

Salah satu sifat tercela yang harus dilenyapkan dari jiwa setiap orang adalah sifat hasud.

Sifat hasud dalam bahasa Indonesia biasa juga dikenal dengan sifat dengki atau irihati.

Prof. Dr. Abu Bakar Aceh, salah seorang pakar mengenai dunia tasawuf mendefinisikan Hasad atau hasud,

yaitu membenci nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar nikmat orang lain tersebut terhapus.

Dengan kata lain, orang hasud adalah orang yang tidak senang jika orang lain mendapat nikmat Allah. Bahkan tidak hanya sekedar tidak senang, orang yang di hatinya ada sifat hasud, juga selalu gelisah jika nakmat itu masih dinikmati orang lain tersebut. Oleh karena itu dia selalu menginginkan agar nikmat tersebut hilang darinya.

Mengenai bahaya hasud ini rasulullah mengingatkan dengan sabdanya. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :Hasud itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.

Menurut hadits tersebut, seorang akan percuma berbuat kebaikan selama di hatinya masih terdapat sifat hasud, sebab sebanyak apapun kebaikan yang dilakukan, selama masih ada sifat dengki, pahala kebaikan tersebut akan musnah. Dalam hadits, musnahnya pahala kebaikan tersebut digambarkan seperti kaya bakar kering yang dalam waktu singkat musnah karena terbakar api.

Itulah sebabnya, mengapa dalam tradisi sufi tidak ada kejahatan tersembunyi yang lebih besar dan merugikan diri sendiri kecuali sifat hasud atau dengki.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda agar kita waspada terhadap orang yang dengki atau hasud ini

Ketahuilah sesunggahnya pada nikmat-nikmat Allah itu terdapat musuh. Para sahabat bertanya. Siapa musuh-musuh nikmat Allah itu. Rasulullahpun menjawab : Musuh-musuh nikmat Allah adalah orang-orang yang dihatinya ada persaan dengki terhadap kemulyaan yang diberikan oleh Allah.

Sifat hasud tersebut dapat merugikan diri sendiri sebab sebelum hasud tersebut mencapai maksudnya, orang yang dihatinya ada sifat hasud akan membinasakan dirinya dengan lima hal, Kelima hal itu adalah :

Pertama, orang hasud akan berlarut-larut dalam penderitaan batin.

Kedua, orang yang dengki akan mendapat musibah yang tidak dapat ditolong.

Ketiga, orang yang dengki atau hasud akan memperoleh murka Allah.

Keempat, dan kelima, orang yang dengki atau hasud akan ditutup dari pintu hidayat dan taufiq.

Al Faqih Abul Laits berkata :

Tiga kelompok orang yang tidak akan dikabulkan do’anya,yaitu orang yang suka makan barang haram, orang yang suka menggunjing orang lain, dan orang yang dalam hatinya ada perasaan dengki terhadap sesame muslim.

Sebagian ahli hikmah juga mengatakan, bahwa sifat dengki adalah sifat yang pertama yang menyebabkan durhaka kepada Allah di langit, yaitu sebagaimana yang ditunjukkan oleh Iblis ketka dia dengki dengan Nabi Adam dan menyebabkan Iblis durhaka kepada Allah karena tidak mau memenuhi peritah Allah untuk bersujud kepada Adam.

Sifat Hasud juga merupakan sifat pertama yang meneyebabkan perbuatan durhaka di bumi, yaitu sebagaimana yang dilakaukan oleh Qabil ketika ia membunuh saudaranya Habil karena dengki kepadanya. Dalam kisah tercatat bahwa Qabil dengki kepada Habil karena Habil dikawinkan dengan wanita yang lebih cantik.

Karena bahaya sifat hasud yang bisa merusak tidak saja terhadap urusan pahala, tetapi juga urusan pergaulan hidup inilah, mengapa sebabnya para sufi mengingatkan kita agar membersihkan hati kita dari sifat hasud atau dengki ini.

Syaikh Hasan al Bashri salah seorang sufi besar juga mengingatkan kita :

Hai anak Adam janganlah engkau hasud atau dengki terhadap saudaramu. Jika ia beroleh kemuliaan dari Allah, maka mengapa engkau dengki terhadap orang ayang telah dimuliyakan Tuhan itu.

Sebaliknya, jika ia beroleh sesuatu yang bukan diridai Allah, maka apakah layak kamu dengki atau iri hati terhadap orang yang akan masuk neraka ?

Mudah-mudahkan, khutbah ini menjadi bahan renungan kita dalam rangka menuju taqwa kepada Allah SWT, Amin

Artinya : Sebagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka bisa mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al Baqarah : 109 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar