Senin, 29 November 2010

1. MEMAKMURKAN MESJID (I)


Pertama-tama, marilah kita panjatkan syukur ke hadlirat Allah SWT atas rahhmat dan nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita, sehingga pada siang hari ini kita masih berkesempatan menghadiri masjid ini untuk menunaikan sebagian perintah-Nya berupa ibadah jum’at dalam keadaan sehat wal afiat.

Selawat serta salam semoga snantiasa tercurah ke haribaan baginda rasulullah Muhammad SAW yang sangat kita harapkan syafaatnya kelak di akherat.

Selanjutnya, sebagai khatib perkenankanlah mengajak kepada kita semua untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti yang sebenarnya, yaitu : menjalankan semua perintah Allah dan senantiasa berusaha menjauhi larangan-Nya.

Kita tentunya yakin, bahwa, sesuai dengan janji Allah, hanya dengan taqwalah setiap manusia dapat memperoleh derajat paling mulia di sisi Allah dan hanya dengan takwalah manusia akan mendapat anugerah yang tidak disangka-sangka sebelumnya dan akan mendapatkan jalan keluar setiap kesulitan hidup yang dialami.

Ma’asyiral muslimin....!

Dalam rangka meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, ada baiknya kita renungkan kembali firman Allah SWT sebagaimana termaktub dalam surat At Taubah ayat 17 dan 18.

Allah SWT berfirman :

Artinya :“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya dan mereka kekal dalam neraka”.

“Hanyalah yang memakmurkan masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut ( kepada siapapun ) selain kepada Allah, maka mereka diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Adapun asbabanun Nuzul Ayat tersebut, menurut Al Wakhidy sebagaimana dikutip oleh Dr. Muhammad Ali Ash Shabuny dalam Rawai’ul Bayan adalah sebagai berikut :

“Ketika perang badar usai, ada sekelompok pembesar Quraisy ditawan oleh kaum muslimin. Di antara mereka ada yang bernama Al Abbas bin Abdul Muthallib yang tidak lain adalah pamanda rasulullah SAW sendiri. Kemudian para sahabat menghadap para tawanan tersebut dan mencela mereka karena tetap berada dalam kemusyrikan. Sayyidina Alipun mencela Al Abbas salah seorang tawanan, yang juga pamannya sendiri disebabkan kegiatannya memerangi rasulullah dan memutuskan hubungan sanak keluarga. Mendengar dirinya dicela, al Abbaspun segera menjawab : “ Kalian semua hanya bisa menyebut kejahatan-kejahatan kami dan menutup-nutupi kebaikan kami”.Para sahabatpun bertanya :”Apakah kalian mempunyai kebaikan?”. Para tawanan tersebut menjawab : “Ya, karena kamilah yang memakmurkan masjidil haram dan memberi penutup Ka’bah serta memberi minum para jama’ah haji.

Ketika para tawanan tersebut menyebut-nyebut kebaikan-kebaikan karena merasa telah memakmurkan masjid itulah, maka turunlah ayat tersebut yang pada pokoknya memberitahukan ketidakpantasan orang musyrik memakmurkan masjid. Dan sebaliknya, pada hakekatnya yang berhak memakmurkan mesjid hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin...!

Mungkin kita bertanya, apakah yang dimaksud dengan memakmurkan mesjid dalam ayat tersebut.

Segolongan mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan memakmurkan mesjid, adalah membangun dan mendirikan mesjid serta memperbaiki yang rusak. Menurut Ashabuni, memakmurkan masjid dengan cara demikian adalah masuk dalam kategori memakmurkan masjid secara fisik (material ). Memakmurkan masjid dengan cara demikian menurut ajaran agama kita akan mendapat balasan berupa istana di surga. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : Barang siapa membangun masjid walau hanya berupa galiannya tukang pahat kayu, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah istana di surga.

Meskipun Jumhur Ulama membolehkan orang kafir ikut berpartisipasi pada kegiatan pembangunan masjid, sudah barang tentu hadits tersebut tidak berlaku bagi mereka. Sebab, menurut keyakinan kita, setiap amal kebaikan yang tidak dilandasi dengan iman, maka amal tersebut tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Segolongan mufassir berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan memakmurkan masjid dalam ayat tersebut, adalah memakmurkan dengan cara melakukan salat dan ibadah serta melakukan apa saja guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Cara memakmurkan masjid seperti ini disebut memakmurkan masjid secara batin ( spiritual ).

Terlepas dari adanya dua pendapat tersebut, perintah memakmurkan masjid memang bisa mencakup kedua-duanya, yaitu memakmurkan masjid secara fisik dan memakmurkan mamsjid secara spiritual.

Ketika belum ada masjid atau ketika masjid belum selesai dibangun, maka dalam rangka memakmurkan masjid menuntut kita untuk peduli dalam kegiatan pembangunan masjid. Kepedulian tersebut kita wujudkan dengan keikutsertaan kita dalam kegiatan pembangunan, dengan cara memberikan apa yang kita miliki, mungkin berupa tenaga, pikiran, dan sebagian harta. Atau ketiga-tiganya sekaligus. Yang pasti sekecil apapun kita dituntut untuk memeberi andil pada kegiatan pembangunan masjid.

Setelah kegiatan pembangunan masjid selesai, maka dalam rangka memakmurkan masjid, sudah barang tentu menuntut kita untuk mengiiisi masjid dengan kegiatan-kegiatan ibadah. Dan, kegiatan ibadah yang paling penting untuk kita perhatikan adalah kegiatan salat berjamaah di masjid, terutama bagi yang berada di sekitar masjid. Sebab Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : Tidak sempurna shalat orang yang berada di sekitar masjid, kecuali apabila dilakukannya di masjid.

Dengan kata lain, dapat kita katakan, bahwa shalat orang yang bertetangga dengan masjid bisa sempurna hanya apabila dilakukan di masjid.

Akan tetapi, salat yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah menyangkut shalat fardlu atau salat wajib. Sedangkan untuk salat sunnat, malah lebih baik dikerjakan di rumah kita masing-masing. Hal ini ditunjukkan oleh rasulullah SAW sesuai dengan sabdanya :

Artinya : Paling utamanya salat adalah salat seseorang yang dilakukan di rumah, kecuali salat wajib.

Adapun rahasianya, mengapa rumah kita, harus juga kita gunakan untuk melakukan salat sunnat adalah dalam rangka memberi syi’ar rumah sehingga dapat dibedakan antara rumah orang Islam dan bukan Islam.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : Cahayailah rumah kalian dengan salat dan bacaan Al Qur’an.

Ma’asyiral Muslimin ...!

Melihat kenyataan yang ada akhir-akhir ini, kita memang patut bersedih. Banyak masjid yang dibangun dengan susah payah, dengan cucuran keringat dan limpahan dana, tetapi ketika masjid sudah indah, malah jarang kita jamah. Sering kita dapati di beberapa tempat, seorang imam harus adzan sendiri, kemudian karena tak seorangpun yang datang, harus iqamat sendiri, dan akhirnya harus salat sendirian pula.

Kebanyakan kita mungkin beranggapan bahwa bagi kaum muslimin, telah cukup hadir di masjid setiap hari Jum’at yang hanya seminggu sekali ini.

Anggapan demikian sudah barang tentu, kurang dapat dibenarkan. Sebab, ada saatnya kita harus memakmurkan masjid dengan cara tertentu. Dan, cara memakmurkan masjid setelah masjid ada, adalah menggunakannya untuk shalat berjamaah. Shalat berjamaah tersebut tidak sebatas salat Jum’at, tetapi, sebagaimana sabda rasulullah SAW di muka, adalah juga termasuk shalat lima waktu. Khususnya, bagi orang yang berada di sekitar masjid.

Kita memang belum bisa seperti Abdullah bin Umi Maktum yang meskipun dia buta dan tempat tinggalnya jauh dari masjid, tetapi dengan setia memenuhi perintah rasulullah SAW selalu berjama’ah di masjid hanya karena ia masih mendengar suara adzan dari masjid. Kita juga masih belum bisa memenuhi harapan Khalifah Umar yang akan menyuruh untuk menarik setiap orang yang tidak mau berjama’ah di masjid.

Akan tetapi, ada baiknya kita belajar. Kalau tidak bisa setiap lima waktu bisa berjama’ah di masjid, paling tidak satu waktu dalam sehari kita jadikan salat wajib kita di masjid. Jika masih belum bisa, paling tidak dalam satu minggu, selain hari Jum’at, satu waktu saja kita mengikuti salat berjama’ah di masjid.

KH Abdullah Gymnastiar pernah bilang, dalam berbuat, mulailah dari yang kecil. Dan yang kecil itu, dalam hal ini, antara lain adalah, belajar mengunjungi masjid untuk melakukan salat berjama’ah, walau hanya 1 kali dalam sehari atau seminggu, selain hari jum’at.

Jika kita bisa demikian, insya Allah kehidupan kampung kita akan penuh sejahtera dan keberkahan Allah akan diturunkan kepada kita. Sebab, dengan berjama’ah di masjid kita akan saling bertemu dengan saudara kaum muslimin yang lain. Dengan saling bertemu, kita bisa saling membagi rasa antara sesama. Dengan saling membagi rasa, kita akan saling mengetahui problem yang menimpa kaum muslimin. Dengan menegetahui problem kaum muslimin, kita akan melakukan musyawarah untuk mencari jalan keluar. Dan apabila kita mau duduk bermusyawarah antar sesama kaum muslimin dengan penuh semangat kekeluargaan dan kasih sayang, maka Insya Allah Rahmat Allah akan turun kepada kita. Sebab, sebagaimana ditulis oleh Al Sayyid Sabiq, rasulullah SAW bersabda :

tangan Allah akan senantiasa menaungi jama’ah

Dan yang lebih penting, di akherat nanti, insya Allah kita akan digolongkan oleh Allah ke dalam salah satu kelompok orang yang akan mendapat naungan di saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah di padang mahsyar. Salah satu kelompok tersebut, sesuai dengan sabda rasulullah SAW, adalah :

“Orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid.

Ma’asyiral muslimin ...!

Sebagai akhir khutbah ini, marilah kita renungkan sebuah kejadian yang dialami oleh ulama masa lampau :

“Suatu ketika Imam Abi Hatim rahimahullah pernah tidak berjama’ah di masjid satu kali. Kemudian beberapa kawannya mengunjunginya. Ketika melihat, hanya beberapa orang saja yang datang menjenguknya, Imam Abu Hatim tersebut seketika menangis tersedu-sedu sambil menggerutu dalam hati: ”Seandainya salah seorang anakku meninggal, pasti separo penduduk negeri ini datang mengunjungiku. Akan tetapi, ketika aku lalai tidak berjama’ah di masjid, hanya beberapa orang saja yang mau menjengukku. Pada hal, seandainya semua anakku meninggal, bagiku terasa lebih ringan dibanding hilangnya kesempatanku untuk berjama’ah di masjid.

Marilah kisah tersebut kita renungkan dan kita maknai sendiri. Semoga kita tergolong kelompok orang-orang yang bisa memakmurkan masjid. Amin ya rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar