Amandel penyakit atau bukan? Jelas bukan. Dia hanyalah salah satu organ dalam tubuh, seperti lever, ginjal. Baru dikatakan penyakit apabila fungsinya terganggu. Jadilah pengidapnya sakit lever, sakit ginjal, dsb. Demikian pula amandel, baru dikatakan penyakit bila amandel tersebut mengalami radang. Lantas bagaimana ya. Seluk beluk mengenai amandel kaitannya dengan tindakan operasi telah ditulis oleh mbak Laili Damayanti sebagai berikut. Sengaja saya turunkan sebagai rasa kepedulian saya terhadap siapa saja yang punya masalah klasik dan menjadi salah satu problem rumah tangga, khususnya anak-anak. Inilah tulisan selengkapnya.
--------------------------------------------------------
Pada anak-anak usia balita hingga menjelang remaja, kasus radang amandel seolah menjadi momok tersendiri. Bila ternyata hal ini sudah kerap terjadi, orang awam kerap menyebutnya dengan “amandelnya sensitif”. Ujung-ujungnya, dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan si amandel yang kerap mengganggu.
Vonis mengangkat amandel, biar bagaimanapun akan mendatangkan teror tersendiri kepada anak. Bayangan pisau bedah dan kait yang akan merobek bagian dalam tenggorokan sudah pasti akan mengerikan bagi Si Kecil.
Belum lagi beredar rumor, pengangkatan amandel juga bisa membuat kekebalan tubuh anak jadi tak optimal. Anak yang sudah diangkat amandelnya, dikatakan lebih mudah terserang penyakit ketimbang anak yang tak perlu menjalani operasi angkat amandel. Untuk yang terakhir, sudah pasti akan meresahkan para orangtua.
Menyikapi kesimpangsiuran mengenai radang amandel dan tindakan operasi pengangkatan amandel, dr. Fauzan Abdillah, Sp.THT-KL, spesialis Telinga Hidung & Tenggorok dari RS Ibu & Anak Hermina Jatinegara, Jakarta memaparkan yang benar mengenai operasi amandel.
Bukan Penyebab Turunnya Kekebalan Tubuh
Amandel adalah salah satu dari 3 pasang kelenjar penyaring kuman yang berada di sekitar rongga mulut. Kelenjar pertama berada di sekitar faring. Lalu, sepasang lagi di belakang hidung atau adenoid.
Dan terakhir yang kerap disebut amandel adalah kelenjar yang berada pada dasar lidah. Bila dilihat sepintas seperti tonjolan pada pangkal lidah, melekat di dinding tenggorok kanan dan kiri.
Biasanya radang amandel disertai demam tinggi (diatas 38,5 Celsius). Terlihat ada pembengkakan kelenjar di kanan kiri pangkal lidah dan bisa ditemukan bercak-bercak putih atau pernanahan. Terkadang juga disertai pembengkakan di daerah leher (jugular digastrik), bawah rahang kanan dan kiri. Kelenjar ini menghasilkan antibodi penghalau bakteri atau virus yang masuk dari udara, makanan, dan minuman. Namun, bila sering terkena infeksi, lapisan epitel permukaan yang memproduksi antibodi akan terkikis.
Di bagian ini pula bisa terbentuk jaringan ikat yang memiliki celah dan menjadi sarang kuman. Akibatnya, kuman sulit dibasmi dengan antibiotik. Nah, dari ketiga pasang kelenjar penyaring kuman rongga mulut tadi, kelenjar yang berada di dasar lidah yang paling sering meradang, dimana orang awam menyebutnya sakit amandel.
Menurut Fauzan, jika dilakukan pengangkatan kelenjar pada dasar lidah akibat radang, bukan berarti seseorang akan kehilangan kekebalan tubuhnya terhadap kuman. Fauzan mengingatkan, masih ada 2 pasang kelenjar lagi dengan fungsi pertahanan pada rongga mulut sebagai perintang kuman. Belum lagi, antikuman lain yang diproduksi tubuh.
Akibat Infeksi Kuman
Penyebab utama terjadinya radang amandel adalah infeksi bakteri atau jamur. Namun, infeksi ini tak berdiri sendiri, melainkan didahului infeksi virus yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Akibatnya, terjadilah infeksi sekunder oleh kuman.
Bila dikatakan sebagai ‘amandel sensitif’ atau rentan terkena radang amandel sebetulnya lebih banyak dipengaruhi kondisi fisik atau staminanya. Misalnya, pada beberapa orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Atau pada anak-anak yang memang status gizinya kurang baik.
“Intinya, jika badan fit, makan atau minum apapun tidak akan mudah menimbulkan infeksi pada amandel!” ungkap Fauzan. Kendati demikian, radang amandel tak ada hubungannya dengan alergi, karena alergi tidak menimbulkan infeksi sekunder oleh bakteri.
Tak Harus Diangkat
Radang amandel memang bisa menimbulkan bahaya, seperti radang telinga bagian tengah (otitis media) yang bisa menyebabkan sakit congek. Juga bisa memicu sinusitis bila disertai pilek yang tak sembuh-sembuh.
Selain itu, bila terjadi berulang dan berkepanjangan, bisa menyebabkan penyakit jantung rematik dan peradangan ginjal (glomerulonefritis). Maka, pertimbangan dokter mengangkat amandel yang bermasalah adalah untuk menghindari risiko tadi.
Namun, bukan berati menjadi mudah bagi dokter untuk memutuskan mengambil langkah operatif untuk kasus radang amandel. Ada beberapa kriteria yang dikatakan amandel perlu diangkat.
Pertama, bila dikatakan serangan radang tenggorokan terjadi lebih dari 7 kali selama setahun. Atau radang tenggorokan terjadi 5 kali setahun dalam 2 tahun berturut-turut. Kedua, bila radang amandel terjadi dan menyebabkan pasien mengalami kejang demam. Kondisi ini bisa mengakibatkan dampak lebih buruk bila tak segera ditangani.
Ketiga, radang amandel menyebabkan obstruksi (penyempitan saluran nafas), sehingga pasien mengalami sesak nafas. Atau radang amandel ditengarai menjadi penyebab henti nafas anak saat tidur.
Keempat, bila radang amandel menimbulkan kesulitan makan dan minum, menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan pada anak-anak. Kelima, bila radang amandel dicurigai sebagai keganasan. Biasanya dikenali dengan pembesaran amandel yang tak sama antara kanan dengan kiri. Namun, khusus yang terakhir, biasanya terjadi pada orang dewasa.
Bila sejumlah pertimbangan ini terpenuhi barulah dokter akan mengambil langkah operatif sebagai pilihan terakhir. “Sebenarnya bila diobati secara tepat dengan antibiotik yang sesuai, selama 3-6 minggu 17 persen anak-anak yang direncanakan akan dioperasi batal, karena sudah membaik,” ujar Fauzan.
Untuk batas minimum hingga harus dilakukan tindakan operasi, Fauzan mengatakan, tak terbatas pada usia tertentu. Namun, umumnya operasi pengangkatan amandel dilakukan kepada anak di atas usia 6 tahun. “Pertimbangannya, karena jika operasi dilakukan pada anak dibawah usia tadi akan menyulitkan perawatannya pasca operasi,” tandas Fauzan.
Penting Dihindari Pasca Operasi Amandel
Jika belum lewat 3 sampai 5 hari pasca operasi amandel, dr. Fauzan menyarankan agar pasien menghindari mengonsumsi beberapa jenis makanan. Tujuannya, agar bekas operasi tak terangsang atau mengakibatkan pembuluh darah terbuka kembali.
1. Makanan yang panas.
2. Makanan dengan konsistensi padat, misalnya keripik.
3. Makanan berpewarna dan bergula buatan.
4. Makanan yang memiliki rasa pedas.
Laili Damayanti
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar