Minggu, 10 Juni 2012

AURAT : HARUS DITUTUP ATAU DIBUNGKUS?


Mode pakaian wanita kini sudah demikian bervariasi. Dari segi bahan, warna, atau harga yang disuguhkan juga bervariasi.  Siapa saja yang ingin memiliki pasti bisa. Semuanya tergantung kocek yang ada. Para wanitapun sampai dibuat bingung untuk memilih mode itu. Banyak wanita sampai berjam-jam tidak terasa hanya karena berjalan-jalani dalam pasar atau mall.
Namun bagi wanita muslimah yang taat tentu tidak akan sembarangan memilih mode. Selain terikat dengan mode standar yang cocok bagi tubuhnya lebih penting lagi, harus selalu merujuk norma agama. Yaitu, apakah pakaian yang akan dibeli tidak bertentangan dengan norma agama tersebut. Hal ini harus disadarai oleh para wanita muslimah. Mengapa?
Menurut Islam berpakaian secara normative telah diatur baik oleh Al Qur’an maupun Al Hadits. Beberapa norma berpakaian tersebut adalah :
1.    Pakaian itu mestilah menutup aurat.
Rasulullah saw bersabda : Telah berkata Aisyah r.a "Sesungguhnya, Asma Binti Abu Bakar menemui Nabi saw dengan memakai busana yang nipis. Maka Nabi berpaling dan bersabda " Wahai Asma, sesungguhnya apabila wanita ini telah baligh (sudah haid) tidak boleh dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, sambil" sambil mengisyaratkan kepada muka dan tapak tangannya ".
2.    Pakaian itu tidak terlalu nipis sehingga tampak bayangan tubuh badan dari luar.
Kata rasulullah SAW : " Dua orang ahli neraka yang belum pernah saya lihat adalah : kaum yang memegang pecut bagai ekor lembu digunakan untuk memukul orang (tanpa alasan), orang perempuan yang berpakaian tetapitelanjang bagaikan merayu-rayu melenggok-lenggok membesarkan cemaranya bagaikan punuk unta yang mereng. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium bau syurga,sedangkan bau syurga dapat dicium dari jarak yang sangat jauh". (Riwayat Muslim)
3.    Pakaian itu tidak ketat atau sempit, tetapi longgar atau selesai dipakai ia menutup bahagian- bahagian bentuk tubuh yang menggiurkan nafsu lelaki.
Dalam sebuah riwayat dari Abdullah Bin Abi Salamah bahawa Umar Bin Khattab r.amenghadiahkan kepada seseorang dengan pakaian nipis buatan Mesir Lama, kemudian berkata, "Jangan dipakaikan kepada isteri-isteri kamu!" lalu seseorang berkata " Ya Amirul Mukminin akutelah memakainya untuk isteriku, kemudian memutarkan badannya tetapi tidak kelihatanauratnya. " selanjutnya Umar berkata, " Memanglah auratnya tidak nampak, tetapi bentuk tubuhnya nampak".
4.    Warna pakaian itu suram atau gelap, seperti warna hitam atau kelabu asap atau perang sehingga tiada bernafsu lelaki melihatnya ( terutamaya pakaian seperti jilbab atau abaya).
Menurut Ibnu Katsir didalam tafsirnya,  pakaian wanita-wanita pada zaman Nabi saw ketika mereka keluar rumah berwarna hitam)
5.    Pakaian itu tidak sekali-kali disemerbakkan dengan bau-bauan yang harum, demikian juga tubuh badan wanita itu, kerana bau-bauan ini ada pengaruhnya atas nafsu kelamin lelaki yang bukan muhrimnya.
Perempuan yang memakai bau-bauan ketika keluar rumah sehingga lelaki mencium baunya disifatkan oleh RAsulullah saw sebagai zaniyah yakni pelacur atau penzina. " Wanita apabila memakai wangi-wangian, kemudian melintasi kaum lelaki maka dia itu begini dan begini ia itu pelacur". (Riwayat Abu DAwud dan Tarmizi)

6.    Pakaian itu tidak bertashabbuh ( menyerupai ) dengan pakaian lelaki yakni tiada meniru-niru atau menyerupai pakaian lelaki.
Telah berkata Ibnu Abbas : " Rasululah saw telah melaknat lelaki yangmenyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai lelaki". (Riwayat Bukhari)

    Dari beberapa norma tersebut dapat diketahui bahwa, aurat itu harus ditutup, bukan hanya dibungkus. Apa bedanya? Menurut ketentuan tersebut, ada wanita yang berpakaian tapi masih seperti orang tidak berpakaian. Sebab, sekalipun berpakaian tetapi masih terlihat lekuk-lekuk tubuhnya atau terlihat dari luar bagian-bagian tubuh seperti kulit. Secara naluri cara berpakaian seperti ini akan mendatangkan nafsu birahi lelaki. Inilah yang dimaksud berpakaian hanya membungkus aurat dan bukan menutup aurat.
Itulah beberapa norma berpakaian bagi wanita muslimah. Oleh karena masalah berpakaian itu diatur oleh agama, maka ketika wanita berpakaian akan berakibat dua hal, yaitu pahala atau dosa. Berakibat pahala apabila dalam berpakaian wanita tersebut memenuhi ketentuan agama dan niyat menjalankan perintah agama karena Allah SWT. Sebaliknya, justru akibat berpakaian akan mendapatkan dosa, apabila ketika berpakaian wanita tersebut semata-mata hanya berhias agar terlihat cantik oleh orang lain ( di hadapan para lelaki yang bukan muhrimnya ) dan memakai pakaian-pakaian yang tidak sesuai norma agama tersebut. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ketika wanita berpakaian sebenarnya  telah membuat taruhan terhadap dua pilihan yang sirius, yaitu mau pahala demi surga atau dosa demi neraka;. Wallahu A’lam. ( Senin, 11 Juni 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar