Kamis, 14 Mei 2009

7 KECERDASAN

Mengukur Kecerdasan Hasil Pendidikan Anak Kita
Oleh : H. Asmu’i Syarkowi

Anak merupakan anugerah Allah SWT yang paling berharga. Mengapa? Kehadirannya adalah bagai sebuah misteri. Banyak orang tua yang mengharapkannya tapi tak kunjung diberi. Karenanya mereka berupaya secara sadar bagaimana cara mendapatkannya. Tidak jarang, ketika berbagai usaha gagal, mereka menempuhnya upaya terakhir, yaitu dengan mengambil anak orang lain untuk diasuhnya. Atau, bahkan dijadikannya, secara resmi, sebagai anak angkat dengan meminta penetapan Pengadilan Agama. Pada saat yang sama, ada yang sangat mudah memperolehnya. Baginya, yang menjadi problem bukan bagaimana cara mendapatkan anak tetapi, malah bagaimana mencegah timbulnya kelahiran. Berbagai upaya dilakukan. Pendek kata, bukan untuk mendapatkan tetapi justru untuk ‘menolaknya’.
Motif seseorang untuk mendapatkannya memang beragam. Ada yang sekedar untuk garansi hari tuanya, ada yang karena agar mendapatkan keturunan demi meneruskan cita-cita orang tuanya, atau motif-motif lainnya. Tetapi, argumen apapun mengenai alasan mendadapatkannya, yang jelas, anak bukan sekedar anugerah tetapi, lebih dari itu, juga amanah Allah SWT.
Dalam al-Qur’an dikatakan, bahwa anak merupakan perhiasan hidup, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…” (QS. al-Kahfi : 46). Al Qur’an juga menyebut bahwa anak juga merupakan ‘fitnah’ sekaligus lahan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah SWT kelak di akhirat. Agar anak menjadi investasi pahala, maka setiap orang tua harus mendidiknya secara baik dan benar. Untuk itu al-Qur’an mengingatkan : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. an-Nisaa’ : 9). Allah juga mengingatkan : “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.( At-Tahrim : 6 ).
Rasulullah SAW juga telah memberikan petunjuk : “Kewajiban orang tua atas anaknya adalah memberikan nama yang baik, mendidiknya, dan mengajarinya berenang, dan memanah, serta tidak memberinya rizki ( sandang pangan ) kecuali yang baik-baik”. Rasulullah juga mengingatkan agar kita memperhatikan keberadaan anak-anak kita, sebab mereka dicptakan untuk suatu masa yang berbeda dengan masa kita.
Karena alasan itulah kita sepakat bahwa anak sejatinya merupakan investasi yang luar biasa besar. Untuk keperluan itu kita berupaya melakukan apa saja demi investasi tersebut. Salah satu upaya kita tersebut adalah menjadikan agar anak-anak kita menjadi manusia cerdas dengan memberikan pendidikan yang cukup. Pertanyakan kita, sudah tepatkah upaya kita mencerdaskan anak-anak kita ?.
Seorang pakar, Dr. Howard Gardner, menyampaikan tesisnya, agar kita tidak hanya menuntun anak mencapai tujuannya dengan kecerdasan yang hanya berbasis IQ saja. Menurutnya, ada kecerdasan-kecerdasan lain yang perlu kita perhatikan, yaitu :
1. Cerdas Berbahasa,
Adalah kemampuan anak dalam mengutarakan maksud atau berkomunikasi tertentu secara tapat dan runtut. Pada anak-anak, ini diawali dengan kemampuan verbal. Semakin meningkat usia anak kemampuan komunikasi dalam bentuk tulisan akan meningkat. Orang tua mesti telaten membimbing agar cerdas dalam berbahasa.
Anak dengan kecerdasan lebih dalam berbahasa akan nampak pada kesukaannya dengan mengarang, membaca, berdiskusi hingga berpidato di depan umum.
2. Cerdas Berlogika dan Berhitung,
Adalah kemampuan anak dalam menalar sesuatu. Pada anak-anak ini misalnya dimulai dengan mengurutkan atau mengklasifikasikan sesuatu. Kemudian anak mulai mengenal banyak, sedikit dan mengenal jumlah. Termasuk dalam masalah logika juga, si anak mulai mengenal baik dan buruk dengan lebih tajam yang menjadi salah satu modal kecerdasan relijius. Hubungan sebab-akibat juga menjadi bagian kecerdasan ini.
Anak dengan kecerdasan lebih dalam berhitung akan nampak pada kesukaannya dalam permainan strategi (misalnya catur), mainan puzzle logika (misalnya Rubik’s Cube) serta memiliki ketepatan dan kecepatan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
3. Cerdas Berimajinasi Ruang (Spasial),
Adalah kemampuan anak untuk menggambarkan ruang tiga dimensi dalam benaknya. Keterampilan anak bermain lego (mainan 3 dimensi) atau kesukaan anak dengan acara-acara bermanfaat di televisi menjadi awal pengembangan kecerdasan ini.
Kesenangan menggambar atau bentuk visualisasi pada media komputer menjadi salah satu ciri kecerdasan spasial.
4. Cerdas Bernada dan Berirama (Musik),
Adalah kemampuan anak untuk mengenal harmoni nada dan ketukan (ritme) lagu. Anak dengan potensi musikal ini nampak sangat senang dengan lagu atau musik dan dengan cepat dapat mengikuti lagu-lagu yang baru.
Jika kecerdasan ini terus dilatih daya olah vokal anak akan meningkat dan bila diperkenalkan dengan alat musik, maka kemampuan motoriknya akan cepat menyesuaikan diri dan mengekspresikan kecerdasan dalam produk musik.
5. Cerdas Bergerak (Mengatur Tubuh),
Adalah kemampuan anak untuk menggerakan tubuhnya dengan serasi. Anak-anak dengan kecerdasan ini nampak pada kegemarannya dengan olah raga, misalnya bela diri, berenang, bulutangkis atau sepak bola. Permainan-permainan di taman kanak-kanak banyak diciptakan untuk membuat badan terlatih dengan gerakan-gerakan yang sulit.
Untuk mengembangkan potensi kecerdasan mengatur tubuh hendaknya anak kita cukup diberi kesempatan berada di ruang luas dan diberi berbagai alat olah raga yang mendukung. Kemampuan drama juga membutuhkan kecerdasan kelenturan tubuh, sebab gerakan, ucapan dan emosi jiwa mesti diatur secara harmonis.
6. Cerdas Berinteraksi Sosial (Interpersonal),
Kecerdasan ini nampak pada anak pada saat berinteraksi dengan kawan-kawannya. Bagi orang beriman, kemampuan bersosial sangat erat dengan kecerdasan relijius, sebab agama mengajarkan untuk berbuat baik dan saling menolong dengan sesama manusia. Sifat mudah diterima dan bahkan disenangi teman-teman menjadi salah satu parameter awal untuk mengukur kecerdasan ini.
Sesungguhnya anak akan melihat bagaimana orang tua mereka bersikap terhadap masyarakatnya. Anak yang penyantun dan dermawan akan sangat mungkin muncul dari keluarga yang penyantun dan dermawan. Anak yang ramah dan mudah bergaul akan sangat mungkin lahir di keluarga yang juga ramah dan mudah bergaul di masyarakatnya.
Untuk membangun kecerdasan sosial anak sudah dibiasakan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial sejak kecil. Mereka juga mesti sering diajak berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
7. Cerdas Berkontemplasi dan Membaca Diri (Intrapersonal),
Adalah kecerdasan seorang anak dalam memahami kondisi jiwanya. Kecerdasan jenis ini mungkin termasuk yang sulit diukur pada anak. Akan tetapi kecerdasan membaca diri membuat seorang anak lebih tenang dalam menghadapi masalah. Rasa self confidence-nya terbangun dengan baik.
Perhatikanlah ketika anak kita sedang menghadapi masalah. Seorang anak umumnya akan meledak emosinya. Apakah dengan menangis atau dengan marah-marah. Kondisi seperti sebetulnya kondisi di mana anak confuse dengan gejolak emosinya. Sebagai orang tua kita harus membimbing anak pada saat-saat seperti itu. Caranya, dengan menenangkan gejolak emosinya, memintanya mengutarakan permasalahan yang tengah dihadapi dan kemudian membantunya memecahkan masalah itu lewat dialog.

Ketujuh macam kecerdasan tersebut kiranya dapat kita jadikan ukuran seberapa jauh, usaha kita memberikan pendidikan anak-anak kita. Tidak hanya bagi kita para orang tua, tetapi juga bagi pihak sekolah sebagai pengambil alih peran orang tua saat anak-anak kita berada di lingkungan sekolah. Sudahkah hal tersebut diupayakan? Semoga bermanfaat, amin.

1 komentar: